lafillevier

happy reading, all!! <3

I always love you

Sunghoon as Satya Seeun as Selma

Ayah dua anak ini sedang memasuki kamar bernuansa biru langit yang ada di seberang kamar anak-anaknya.

Laki-laki bernama lengkap Satya Abraham Dananjaya ini langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang ada.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.

Semua perabotan, koleksi boneka beruang, dan beberapa skincare dari sang pemilik kamar masih tersimpan rapi ditempatnya.

Bahkan barang pemberiannya juga masih tersimpan rapi di lemari kaca.

Wangi vanilla dan strawberry yang menjadi ciri khas dari pemilik kamar ini pun juga tidak berubah.

Satya kemudian membuka lemari kecil yang adanya tepat di samping kasur.

‘Selma's privacy album photo.’

Pemuda tampan ini terkekeh pelan begitu melihat tulisan tangan yang sangat ia kenali itu.

Sebenarnya ia sudah tau apa isinya, tetapi entah kenapa ia tak pernah bosan untuk melihatnya.

“Biasanya kamu selalu ngomel kalo aku buka ini,” Kata Satya bermonolog. Kemudian ia mulai membukanya, “Ini mah namanya album foto kita, bukan album foto kamu.”

Di halaman pertama, terdapat foto dirinya dan Selma waktu pertama kali bertemu. Dibawahnga ada catatan kecil yang bertuliskan ‘aku gak tau orang ini siapa, tapi orang ini ganteng banget, makanya aku minta foto sama dia’

“Masih smp aja udah genit kamu.” Komentar Satya.

Jemari lentiknya pun kemudian membalik halaman berikutnya.

Di sini hanya ada foto Satya bersama kedua temannya tengah memegang sertifikat dan piala.

Satya ingat kalau waktu itu ada seorang anak perempuan tengah memotretnya diam-diam di barisan paling belakang.

Ternyata anak perempuan itu sekarang jadi ibu dari anak-anaknya.

‘Aku gak berani minta foto lagi, soalnya banyak banget yang minta foto juga ke kakak itu. Jadi aku cuma berani foto kakak itu dari jauh, hehe.’

Banyak foto mereka yang ada disini, tentunya dengan tulisan tangan yang mendeskripsikan suara hati si gadis untuk Satya.

Walaupun sudah sering ia baca, tapi Satya tidak pernah dibuat bosan. Malahan rasa senang dan juga bahagianya semakin bertambah setiap membacanya.

Kemudian Satya pun sampai di halaman terakhir.

Isinya adalah foto Ia dan Selma beserta kedua anak mereka yang baru lahir.

‘Ini foto terakhir aku sama kak satya. Aku baru tau loh kalo kak satya tuh cengeng hehehehe. Dia nangis sesenggukan waktu gendong satria dan salma, katanya itu pertama kalinya dia liat perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya. So sweet banget kan?’

Satya tersenyum pedih dan menutup album foto itu.

Ketika hendak mengembalikannya ke dalam lemari, ia mendapati empat amplop asing di pojok lemari.

Kemudian ia mengambil salah satu amplop dengan asal dan mulai membacanya.

Kira-kira aku bakalan bisa gak ya hidup bahagia sampai punya anak? Aku kaget banget waktu tau kalo ternyata aku punya penyakit jantung kayak nenek :(

Apa ya alasan papa, mama, dan bunda selalu nutup-nutupin penyakit ini? Apa mereka cuma takut aku sedih? Atau ada alasan lain?

Tapi walau begitu, aku gak akan marah kok ke kalian semua. Karena aku tau, kalian lakuin itu demi kebahagiaan aku.

Semoga penyakitku akan sembuh secepatnya ya.

Aku harus ikut ujian nasional dan masuk marizoa highschool supaya ketemu Kakak es.

ㅡmy 1st letter

Satya terdiam ditempatnya.

Ia sangat terkejut membaca kata-kata terakhir yang ada disurat itu.

'Kakak es' yang dimaksud Selma adalah dirinya kan?

Dan my first letter?

Apa semua ini yang nulis Selma?

Kenapa ia baru tau sekarang?

Pemuda berwajah dingin ini langsung memilih salah satu surat yang menurutnya adalah surat kedua.

Amplop dengan stiker smurf di bagian depan dan belakangnya.

Dokter bilang, aku sembuh.

IYAAA AKU SEMBUH!!!!!!

Aku gak tau gimana ceritanya bisa sembuh begitu aja, tapi yang jelas aku bersyukur dan sangat berterimakasih kepada Tuhan yang udah mengabulkan doaku.

Mulai besok, aku udah sibuk pendalaman materi dan les sana sini supaya dapet nilai yang bagus. Dan supaya bisa masuk marizoa, hehehe.

Selain karena papa kerja disana, aku juga mau ketemu sama Kakak Itu lagi.

Kira-kira dia masih inget aku gak ya?

Masa bodo deh. Yang penting ketemu aja, aku udah seneng banget.

Buat kakak es, semoga kakak inget aku hehehehe.

ㅡ my 2nd letter

Tersisa dua surat lagi.

Ada yang warna putih dan juga hitam.

Dengan insting seadanya, Satya pun mengambil amplop yang putih terlebih dahulu.

Aku baru bisa lanjutin surat-suratku lagi setelah hampir 3 tahun lebih 3 bulan lamanya.

Dua bulan yang lalu Kak Satya ngelamar aku, iya Kak Satya yang aku maksud itu Kakak es yang sering aku sebut-sebut namanya dulu.

Sekarang Kak Satya udah lebih dewasa, ganteng, tinggi, dan juga udah mau jadi suami aku hehehe. 

Minggu depan aku sama Kak Satya bakalan nikah.

Aku seneng banget, karena bisa menikahi laki-laki yang jadi cinta pertama sekaligus cinta terakhirku.

Iya cinta terakhirku.

Sekarang penyakit yang udah lama pergi tiba tiba datang lagi.

Belakangan ini aku sering sesak nafas, keringat dingin, bahkan pingsan.

Aku masih belum ngasih tau Kak Satya tentang ini. Aku gak mau bikin dia sedih dan kepikiran. Aku mau semua acara kita lancar tanpa hambatan.

Papa dan Bunda adalah orang yang pertama kali tau. Mereka sampai menangis karena takut kehilangan aku.

Padahal kan aku gak akan kemana mana.....

Tuhan, semoga penyakitku ini tidak akan kambuh 'nanti'.

Wish me luck!!!

Semoga aku masih ada waktu lagi buat lanjutin surat surat ini.

— my 3rd letter

Kalau Satya tidak pandai dalam mengendalikan emosi, mungkin saat ini ia sudah menangis karena hatinya sangat sakit.

Ia memejamkan mata sambil menghembuskan nafasnya perlahan sebelum membaca surat terakhir milik Selma.

Sepertinya ini akan jadi surat terakhirku.

Aku cuma mau nulis beberapa impianku yang udah terwujud disini.

Impian pertamaku yang sudah terwujud adalah menikah dan punya anak. Dannn i'm so happy because i have twins baby. Nama mereka adalah Satria dan Salma.

Sedikit mirip ya sama namaku dan kak satya? Hehehe.

Benar, aku yang punya ide untuk memberikan nama itu ke mereka.

Aku pengen kisahku dan kak satya yang belum usai akan dilanjutkan oleh mereka.

Semoga kak satya gak akan nemuin surat ini karena aku bakal nulis tentang kamu di sini :(

Dan sepertinya ini akan jadi surat yang paling panjang yang pernah aku tulis.

Hai kak!

Inget gak waktu itu aku minta foto bareng sama kakak?

Sebenarnya aku udah sering merhatiin kakak yang lagi latihan ice skating sendirian, hampir setiap pulang sekolah aku selalu mampir kesitu cuma buat liat kakak.

Aku seneng banget waktu ada jadwal pemotretan di deket tempat kakak latihan.

Waktu itu aku memberanikan diri untuk minta foto karena aku pengen denger suara kakak. Awalnya aku kira kakak bakalan nolak, ternyata nggak :D.

Dan semenjak pindah rumah, aku jadi susah untuk mampir ke tempat latihan kakak. Makanya mulai saat itu aku jadi gak pernah mampir ke situ.

Setahun pun berlalu.

Aku udah kelas 3 dan sibuk mempersiapkan diri untuk ujian nasional.

Sebenarnya aku gak tau tujuanku setelah lulus tuh mau ke sekolah apa, tapi waktu papa ngajak aku ke tempat kerjanya dan bertemu dengan laki-laki yang selalu aku rindukan dalam diam, aku jadi termotivasi untuk masuk ke Marizoa Highschool.

Kak, i'm sorry gak bisa banyak kata kata lagi yang harus aku tulis.

I just want you to know that i always love you.

Bisa sama kakak itu juga termasuk impianku yang udah terwujud.

Aku titip anak-anak kita ya kak?

Oh iya, aku juga titip salam buat bunda, papa, dan adek aku ya kak.

Kalau bisa, kakak

Satya menaikan alisnya sebelah.

“Bisa apa?” Gumam Satya.

Laki-laki ini membolak balikan kertas tersebut untuk mencari kelanjutan surat tadi. Ia membuka setiap amplop yang ada untuk mencari kelanjutan dari surat itu.

Tetapi hasilnya nihil.

Surat terakhir ini hanya berakhir sampai disitu.

Satya memeluk kedua kakinya dan mulai menangis.

“Kalo kamu nyuruh aku cari pengganti kamu, aku gak mau. Karena sampai kapanpun yang aku mau cuma kamu, Sel.”

I always love you

Ayah dua anak ini sedang memasuki kamar bernuansa biru langit yang ada di seberang kamar anak-anaknya.

Laki-laki bernama lengkap Satya Abraham Dananjaya ini langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang ada.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.

Semua perabotan, koleksi boneka beruang, dan beberapa skincare dari sang pemilik kamar masih tersimpan rapi ditempatnya.

Bahkan barang pemberiannya juga masih tersimpan rapi di lemari kaca.

Wangi vanilla dan strawberry yang menjadi ciri khas dari pemilik kamar ini pun juga tidak berubah.

Satya kemudian membuka lemari kecil yang adanya tepat di samping kasur.

‘Selma's privacy album photo.’

Pemuda tampan ini terkekeh pelan begitu melihat tulisan tangan yang sangat ia kenali itu.

Sebenarnya ia sudah tau apa isinya, tetapi entah kenapa ia tak pernah bosan untuk melihatnya.

“Biasanya kamu selalu ngomel kalo aku buka ini,” Kata Satya bermonolog. Kemudian ia mulai membukanya, “Ini mah namanya album foto kita, bukan album foto kamu.”

Di halaman pertama, terdapat foto dirinya dan Selma waktu pertama kali bertemu. Dibawahnga ada catatan kecil yang bertuliskan ‘aku gak tau orang ini siapa, tapi orang ini ganteng banget, makanya aku minta foto sama dia’

“Masih smp aja udah genit kamu.” Komentar Satya.

Jemari lentiknya pun kemudian membalik halaman berikutnya.

Di sini hanya ada foto Satya bersama kedua temannya tengah memegang sertifikat dan piala.

Satya ingat kalau waktu itu ada seorang anak perempuan tengah memotretnya diam-diam di barisan paling belakang.

Ternyata anak perempuan itu sekarang jadi ibu dari anak-anaknya.

‘Aku gak berani minta foto lagi, soalnya banyak banget yang minta foto juga ke kakak itu. Jadi aku cuma berani foto kakak itu dari jauh, hehe.’

Banyak foto mereka yang ada disini, tentunya dengan tulisan tangan yang mendeskripsikan suara hati si gadis untuk Satya.

Walaupun sudah sering ia baca, tapi Satya tidak pernah dibuat bosan. Malahan rasa senang dan juga bahagianya semakin bertambah setiap membacanya.

Kemudian Satya pun sampai di halaman terakhir.

Isinya adalah foto Ia dan Selma beserta kedua anak mereka yang baru lahir.

‘Ini foto terakhir aku sama kak satya. Aku baru tau loh kalo kak satya tuh cengeng hehehehe. Dia nangis sesenggukan waktu gendong satria dan salma, katanya itu pertama kalinya dia liat perjuangan seorang ibu melahirkan anak-anaknya. So sweet banget kan?’

Satya tersenyum pedih dan menutup album foto itu.

Ketika hendak mengembalikannya ke dalam lemari, ia mendapati empat amplop asing di pojok lemari.

Kemudian ia mengambil salah satu amplop dengan asal dan mulai membacanya.

Kira-kira aku bakalan bisa gak ya hidup bahagia sampai punya anak? Aku kaget banget waktu tau kalo ternyata aku punya penyakit jantung kayak nenek :(

Apa ya alasan papa, mama, dan bunda selalu nutup-nutupin penyakit ini? Apa mereka cuma takut aku sedih? Atau ada alasan lain?

Tapi walau begitu, aku gak akan marah kok ke kalian semua. Karena aku tau, kalian lakuin itu demi kebahagiaan aku.

Semoga penyakitku akan sembuh secepatnya ya.

Aku harus ikut ujian nasional dan masuk marizoa highschool supaya ketemu Kakak es.

ㅡmy 1st letter

Satya terdiam ditempatnya.

Ia sangat terkejut membaca kata-kata terakhir yang ada disurat itu.

'Kakak es' yang dimaksud Selma adalah dirinya kan?

Dan my first letter?

Apa semua ini yang nulis Selma?

Kenapa ia baru tau sekarang?

Pemuda berwajah dingin ini langsung memilih salah satu surat yang menurutnya adalah surat kedua.

Amplop dengan stiker smurf di bagian depan dan belakangnya.

Dokter bilang, aku sembuh.

IYAAA AKU SEMBUH!!!!!!

Aku gak tau gimana ceritanya bisa sembuh begitu aja, tapi yang jelas aku bersyukur dan sangat berterimakasih kepada Tuhan yang udah mengabulkan doaku.

Mulai besok, aku udah sibuk pendalaman materi dan les sana sini supaya dapet nilai yang bagus. Dan supaya bisa masuk marizoa, hehehe.

Selain karena papa kerja disana, aku juga mau ketemu sama Kakak Itu lagi.

Kira-kira dia masih inget aku gak ya?

Masa bodo deh. Yang penting ketemu aja, aku udah seneng banget.

Buat kakak es, semoga kakak inget aku hehehehe.

ㅡ my 2nd letter

Tersisa dua surat lagi.

Ada yang warna putih dan juga hitam.

Dengan insting seadanya, Satya pun mengambil amplop yang putih terlebih dahulu.

Aku baru bisa lanjutin surat-suratku lagi setelah hampir 3 tahun lebih 3 bulan lamanya.

Dua bulan yang lalu Kak Satya ngelamar aku, iya Kak Satya yang aku maksud itu Kakak es yang sering aku sebut-sebut namanya dulu.

Sekarang Kak Satya udah lebih dewasa, ganteng, tinggi, dan juga udah mau jadi suami aku hehehe. 

Minggu depan aku sama Kak Satya bakalan nikah.

Aku seneng banget, karena bisa menikahi laki-laki yang jadi cinta pertama sekaligus cinta terakhirku.

Iya cinta terakhirku.

Sekarang penyakit yang udah lama pergi tiba tiba datang lagi.

Belakangan ini aku sering sesak nafas, keringat dingin, bahkan pingsan.

Aku masih belum ngasih tau Kak Satya tentang ini. Aku gak mau bikin dia sedih dan kepikiran. Aku mau semua acara kita lancar tanpa hambatan.

Papa dan Bunda adalah orang yang pertama kali tau. Mereka sampai menangis karena takut kehilangan aku.

Padahal kan aku gak akan kemana mana.....

Tuhan, semoga penyakitku ini tidak akan kambuh 'nanti'.

Wish me luck!!!

Semoga aku masih ada waktu lagi buat lanjutin surat surat ini.

— my 3rd letter

Kalau Satya tidak pandai dalam mengendalikan emosi, mungkin saat ini ia sudah menangis karena hatinya sangat sakit.

Ia memejamkan mata sambil menghembuskan nafasnya perlahan sebelum membaca surat terakhir milik Selma.

Sepertinya ini akan jadi surat terakhirku.

Aku cuma mau nulis beberapa impianku yang udah terwujud disini.

Impian pertamaku yang sudah terwujud adalah menikah dan punya anak. Dannn i'm so happy because i have twins baby. Nama mereka adalah Satria dan Salma.

Sedikit mirip ya sama namaku dan kak satya? Hehehe.

Benar, aku yang punya ide untuk memberikan nama itu ke mereka.

Aku pengen kisahku dan kak satya yang belum usai akan dilanjutkan oleh mereka.

Semoga kak satya gak akan nemuin surat ini karena aku bakal nulis tentang kamu di sini :(

Dan sepertinya ini akan jadi surat yang paling panjang yang pernah aku tulis.

Hai kak!

Inget gak waktu itu aku minta foto bareng sama kakak?

Sebenarnya aku udah sering merhatiin kakak yang lagi latihan ice skating sendirian, hampir setiap pulang sekolah aku selalu mampir kesitu cuma buat liat kakak.

Aku seneng banget waktu ada jadwal pemotretan di deket tempat kakak latihan.

Waktu itu aku memberanikan diri untuk minta foto karena aku pengen denger suara kakak. Awalnya aku kira kakak bakalan nolak, ternyata nggak :D.

Dan semenjak pindah rumah, aku jadi susah untuk mampir ke tempat latihan kakak. Makanya mulai saat itu aku jadi gak pernah mampir ke situ.

Setahun pun berlalu.

Aku udah kelas 3 dan sibuk mempersiapkan diri untuk ujian nasional.

Sebenarnya aku gak tau tujuanku setelah lulus tuh mau ke sekolah apa, tapi waktu papa ngajak aku ke tempat kerjanya dan bertemu dengan laki-laki yang selalu aku rindukan dalam diam, aku jadi termotivasi untuk masuk ke Marizoa Highschool.

Kak, i'm sorry gak bisa banyak kata kata lagi yang harus aku tulis.

I just want you to know that i always love you.

Bisa sama kakak itu juga termasuk impianku yang udah terwujud.

Aku titip anak-anak kita ya kak?

Oh iya, aku juga titip salam buat bunda, papa, dan adek aku ya kak.

Kalau bisa, kakak

Satya menaikan alisnya sebelah.

“Bisa apa?” Gumam Satya.

Laki-laki ini membolak balikan kertas tersebut untuk mencari kelanjutan surat tadi. Ia membuka setiap amplop yang ada untuk mencari kelanjutan dari surat itu.

Tetapi hasilnya nihil.

Surat terakhir ini hanya berakhir sampai disitu.

Satya memeluk kedua kakinya dan mulai menangis.

“Kalo kamu nyuruh aku cari pengganti kamu, aku gak mau. Karena sampai kapanpun yang aku mau cuma kamu, Sel.”

u

Sejujurnya, Satya belum sembuh seutuhnya. Ia masih sedikit takut dan terbayang-bayang dengan kejadian itu.

Tapi jika ia menghindar terus, kapan sembuhnya? Kapan ia bisa menjalani hidup seperti sediakala? Dan kapan ia bisa bertemu dengan teman-temannya lagi?

Ia bersyukur memiliki keluarga yang bisa ia andalkan dan menjadi tempat untuknya pulang setiap saat.

Satya sudah tidak tau lagi akan berbuat apa kalau tidak ada dukungan dari keluarganya saat itu.

Mungkin ia sudah tidak ada lagi disini.

Pemuda bernama lengkap Satya Abraham Dananjaya ini menyandarkan kepalanya ke jendela dan menatap langit malam.

‘Kamu lagi apa Mei?’

‘Aku kangen...’

‘Maafin aku ya...’

Lama kelamaan Satya pun memejamkan matanya dan tertidur.


“Loh Satya?”

Satya langsung membuka matanya dan mendapati seorang gadis cantik yang sangat ia kenali ini tengah berjongkok di depannya.

“Kamu ngapain disin—” Ucapan gadis itu terhenti karena Satya memeluknya. Pemuda jangkung ini menangis sambil membenamkan wajahnya di bahu gadis itu.

“Aku kangen, Mei. Aku minta maaf karena gak ada di samping kamu waktu itu.” Ujar Satya.

Gadis ini pun langsung menangis hebat saat ini juga. Ia mengangguk dan mengelus kepala Satya.

“Aku juga minta maaf ya buat semuanya, maaf udah sering ngerepotin kamu, maaf udah sering buat kamu khawatir, dan maaf aku gak bisa nemenin kamu lagi.” Kata gadis cantik itu.

Satya menggeleng dan melepaskan pelukannya, lalu menatap gadis itu, “Nggak kamu gak salah. Aku yang salah, aku minta maaf.”

Gadis cantik ini tersenyum dan memegang wajah Satya dengan kedua tangannya.

“Kamu harus hidup untuk diri kamu sendiri ya. Jangan pernah menyesali apapun yang udah terjadi. Aku udah ikhlas dengan semuanya, dan aku harap kamu pun juga begitu.”

Satya mengangguk, lalu memegang lengan kiri gadis itu dan mengecupnya, “Aku akan berusaha ikhlas, Mei.”

Pemuda ini mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir merah sang gadis.

“Thanks for all, i hope you were happy in here.”


Satya pun terbangun dari tidurnya.

Ia mengambil handphonenya untuk melihat jam.

Ternyata sudah jam 5 pagi.

Ia meregangkan tubuhnya kemudian mengambil beberapa snack dari dalam ranselnya.

Lalu ia lanjut membuka sosial medianya yang sangat ramai karena kepulangannya. Banyak orang yang mengiriminya pesan, termasuk teman-teman sekelasnya dulu.

Hampir semua teman-teman sekelasnya itu sangat dekat dengannya, maka dari itu banyak sekali chat yang masuk di handphone Satya.

‘Aku janji, aku akan ikhlas dengan semuanya Mei.’

Sejujurnya, Satya belum sembuh seutuhnya. Ia masih sedikit takut dan terbayang-bayang dengan kejadian itu. Tapi jika ia menghindar terus, kapan sembuhnya? Kapan ia bisa menjalani hidup seperti sediakala? Dan kapan ia bisa bertemu dengan teman-temannya lagi?

Ia bersyukur memiliki keluarga yang bisa ia andalkan dan menjadi tempat untuknya pulang setiap saat. Satya sudah tidak tau lagi akan berbuat apa kalau tidak ada dukungan dari keluarganya saat itu.

Mungkin ia sudah tidak ada lagi disini.

Pemuda bernama lengkap Satya Abraham Dananjaya ini menyandarkan kepalanya ke jendela dan menatap langit malam.

‘Kamu lagi apa Mei?’

‘Aku kangen...’

‘Maafin aku ya...’

Lama kelamaan Satya pun memejamkan matanya dan tertidur.


“Loh Satya?”

Satya langsung membuka matanya dan mendapati seorang gadis cantik yang sangat ia kenali ini tengah berjongkok di depannya.

“Kamu ngapain disin—” Ucapan gadis itu terhenti karena Satya memeluknya. Pemuda jangkung ini menangis sambil membenamkan wajahnya di bahu gadis itu.

“Aku kangen, Mei. Aku minta maaf karena gak ada di samping kamu waktu itu.” Ujar Satya.

Gadis ini pun langsung menangis hebat saat ini juga. Ia mengangguk dan mengelus kepala Satya.

“Aku juga minta maaf ya buat semuanya, maaf udah sering ngerepotin kamu, maaf udah sering buat kamu khawatir, dan maaf aku gak bisa nemenin kamu lagi.” Kata gadis cantik itu.

Satya menggeleng dan melepaskan pelukannya, lalu menatap gadis itu, “Nggak kamu gak salah. Aku yang salah, aku minta maaf.”

Gadis cantik ini tersenyum dan memegang wajah Satya dengan kedua tangannya.

“Kamu harus hidup untuk diri kamu sendiri ya. Jangan pernah menyesali apapun yang udah terjadi. Aku udah ikhlas dengan semuanya, dan aku harap kamu pun juga begitu.”

Satya mengangguk, lalu memegang lengan kiri gadis itu dan mengecupnya, “Aku akan berusaha ikhlas, Mei.”

Pemuda ini mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir merah sang gadis.

“Thanks for all, i hope you were happy in here.”


Satya pun terbangun dari tidurnya.

Ia mengambil handphonenya untuk melihat jam.

Ternyata sudah jam 5 pagi.

Ia meregangkan tubuhnya kemudian mengambil beberapa snack dari dalam ranselnya.

Lalu ia lanjut membuka sosial medianya yang sangat ramai karena kepulangannya. Banyak orang yang mengiriminya pesan, termasuk teman-teman sekelasnya dulu.

Hampir semua teman-teman sekelasnya itu sangat dekat dengannya, maka dari itu banyak sekali chat yang masuk di handphone Satya.

‘Aku janji, aku akan ikhlas dengan semuanya Mei.’

Sudah kedua kalinya Satya merasakan kehilangan.

Apa Tuhan memang tidak mengizinkannya untuk bahagia bersama wanita yang ia cintai?

Atau memang Tuhan tidak ingin melihatnya bahagia?

Di umurnya yang baru menginjak dua puluh tahun ini, hampir setiap hari Satya menyibukkan dirinya agar bisa melupakan dan juga mengikhlaskan kepergian cinta terakhirnya.

Mereka adalah wanita yang mempunyai ruang tersendiri di dalam hati Satya.

Banyak orang yang menyarankan pemuda itu untuk menikah lagi agar ada yang membantunya mengurus anaknya.

Satya sudah menjadi seorang Ayah sejak satu tahun yang lalu. Maka dari itu ia terlihat lebih dewasa daripada teman-teman sebayanya.

“Jangan lupa dateng, Sat. Siapa tau ketemu jodoh.” Ujar Jason, lalu mendapat lirikan sinis dari Satya. “Oh iya sorry, gua keceplosan.” Kata Jason sambil berjalan menuju ruangan kecil yang ada di sebrang meja kerja Satya.

Pemuda bernama lengkap Jason Kennedy ini mencuci tangan dan berganti baju sebelum mendekat ke baby box yang ada disana.

“Haloo Satria, haloo Salmaa.” Ujar Jason sambil memegang kedua pipi gembul dari dua balita kembar yang sedang tertidur itu.

Satria dan Salma adalah anak pertama (dan terakhir) dari Satya dan Selma yang lahir satu tahun yang lalu.

Satria memiliki paras yang sangat mirip dengan Satya, yang membedakan hanya bentuk mata Satria yang sama persis dengan Selma.

Sedangkan Salma bisa dibilang adalah fotocopy-an dari Selma.

Kenapa begitu?

Karena semua yang dimiliki Selma ada pada anak itu.

Mulai dari rambut yang tebal, hidung mancung, dan bentuk bibir, semuanya mirip dengan Selma.

Semua keluarga besar Selma (dan juga Satya) sampai menangis begitu melihat bayi kecil itu lahir ke dunia ini (karena saking miripnya dua orang itu).

Kembali lagi ke Jason yang sedang asik dengan si kembar.

Saat ini Satria sudah bangun dari tidurnya dan langsung di gendong oleh Jason menuju balkon untuk melihat pemandangan luar.

“Mamamamama.”

Mendengar itu, Jason langsung gemas sendiri dengan balita ini. Ia langsung menciumi pipinya, “Mamamamama laper yaa kamu?” Tanya Jason sambil mengangkat balita itu ke hadapannya.

Seakan mengerti, Satria menggeleng dan mencoba meraih sesuatu yang ada di belakang Jason.

“Mamamamama.” Ujar balita lucu itu.

Jason yang penasaran pun langsung memutar badannya.

Tidak ada apa-apa.

“Kita masuk aja yuk dek, gangguin Papa mu.” Kata Jason.

Tetapi balita ini memberontak dari gendongan Jason sambil berteriak, “MAMAMAAMAAAAA!!!!!!!”

Mendengar keributan itu, Satya langsung berlari masuk ke dalam kamar anak-anaknya. Ia mendapati anak laki-lakinya tengah memberontak di gendongan Jason.

Dengan cekatan Satya mengambil alih Satria dari gendongan Jason dan menenangkannya, “Kenapa Con? Kok tumben banget berisik?” Tanya Satya.

Jason mengangkat bahunya, “Gua gak tau, Sat. Tiba-tiba berontak sambil ngomong mamamama.” Jelasnya sambil menirukan gaya bicara Satria tadi.

“Oh, gua kirain kenapa.” Satya langsung tersenyum hangat sambil mengelus punggung balita ini dan menghampiri Salma yang masih tertidur nyenyak di dalam baby box nya.

“Mamanya anak anak lagi mampir, Con.”

Raka langsung menutup aplikasi burung biru tersebut dan mematikan handphonenya lalu memasukannya ke dalam saku celana jeans hitamnya.

“Ghe.” Panggilnya.

Gadis jangkung yang duduk di hadapannya itu menyahut, “Kenapa?”

“Pulang yuk, udah jam sepuluh.” Kata Raka.

Aneh.

Biasanya, Raka tidak pernah mengajaknya pulang duluan. Malah terkadang Raka sampai dimarahi oleh Kakaknya karena mengantarnya pulang terlalu malam.

Selama itu mereka menghabiskan waktu berduaan selama kurang lebih lima tahun lamanya.

Iya.

Mereka itu memang sudah lama dekat, tapi mereka berdua sepakat untuk tidak menceritakan hal ini kepada teman-teman mereka.

Ghea mengaduk minumannya yang tinggal sedikit itu sambil menaikan alisnya sebelah, “Tumben? Ada urusan lain ya?”

Raka mengangguk, “Iyaa ada. Ini baru diingetin sama Javin di grup.”

Ghea ingin bertanya lebih sebenarnya, tetapi memangnya ia siapa? Ia tidak punya hak untuk itu. Jadi dengan terpaksa gadis ini meng-iyakan ajakan Raka tersebut.

“Yaudah yuk, pulang.”

Biasanya selama perjalanan pulang, mereka akan membicarakan banyak hal. Bahkan ketika sudah sampai di depan rumah Ghea, mereka berdua pun masih lanjut mengobrol sampai Ghea mengantuk.

Tetapi untuk sekarang keadaan di dalam mobil ini sangat sunyi.

Hanya terdengar lagu yang terputar di radio.

Sebenarnya ada apa dengan Raka?

Kenapa pemuda itu begitu misterius?

Kenapa masih ada hal yang ia sembunyikan?

Bukannya kita udah deket ya?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada di dalam pikiran Ghea.

Tak terasa sudah lima belas menit berlalu.

Mereka sudah sampai di depan rumah (kakak) Ghea yang sangat besar ini.

Sorry and thanks for everything di lima bulan ini, Ghea. Sorry udah jadiin lu pelampiasan gua dan makasih udah mau nemenin gua lima bulan ini.” Kata Raka dengan gamblang.

Ghea langsung menangis saat itu juga.

Hatinya terasa sakit mendengar perkataan dari pemuda itu.

Ternyata selama ini ia hanya dijadikan pelampiasan olehnya.

Ternyata semua perhatian yang ia berikan kepadanya hanyalah bohong.

Dan ternyata pernyataan hatinya kemarin hanyalah omong kosong belaka.

Ia tak menyangka kalau Raka yang selama ini menjadi pujaan hatinya itu telah memainkan perasaannya.

Atau ini memang salahnya yang terlalu cepat jatuhkan hati?

“Maaf Ghea. Gua gak sebaik yang lu pikirin selama ini, tapi gua juga gak sejahat kayak yang lu kira. Gua minta maaf sekali lagi.”

“Maaf kita gak bisa lanjut. Karena cewek baik-baik kayak lu cuma pantas untuk laki-laki lain yang lebih baik dari gua.”

Ghea langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumahnya.

Ia tak sanggup lagi mendengarnya.

Ia sangat sakit hati dengan ini semua.

Untung saja semua orang sudah tidur di kamar masing-masing. Karena sekarang sudah jam satu malam.

Makanya Hana, Martin, beserta sang Kakak bisa membawa Arkasa ke kamar Hana tanpa menimbulkan keramaian.

Hana disuruh menunggu di luar kamarnya ketika Martin hendak mengganti baju Arkasa. Sedangkan Kakak Hana sudah masuk ke kamarnya sendiri.

Isi kepala Hana bercampur aduk saat ini.

Sebenarnya ia masih kesal karena Arkasa sudah tega membohonginya, tetapi satu sisi ia juga tidak bisa melihat Arkasa dihajar abis-abisan oleh kakaknya seperti tadi.

Pintu kamarnya pun dibuka.

“Masuk aja sini,” Kata Martin mempersilahkan Hana untuk masuk.

Kemudian gadis mungil ini mengangguk dan mengikuti sepupunya itu.

Hana sangat sedih melihat kondisi Arkasa saat ini.

Tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah resiko yang harus ditanggung oleh kekasihnya itu.

Dengan cekatan, Hana mulai membersihkan dan mengobati semua luka luar yang ada. Untung saja Arkasa ini masih sadar, jadi Hana gak tambah khawatir.

“Kok lu bisa bisanya masih sadar abis dipukulin begitu dah.” Celetuk Martin sambil memakan keripik kentangnya di kursi belajar Hana, “Gua kalo jadi lu udah pingsan kali ya.”

Arkasa terkekeh sambil meringis, “Makanya olahraga.”

“Olahraga yang mana nih?” Martin menaik-turunkan alisnya.

“Menurut lu aja yang mana.” Jawab Arkasa sekenanya.

“Otak lo kotor banget.” Omel Hana kepada Martin, “Abis makan apa sih lo?”

“Dih galak banget.” Sahut Martin.

Kemudian suasana pun hening.

“Gua balik ke kamar ya. Ngantuk banget.” Kata Martin, berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar Hana.

“Iya, tin. Thanks ya.” Kata Arkasa.

Setelah suara pintu ditutup terdengar ditelinga mereka berdua, barulah Arkasa berani memohon maaf kepada Hana.

Ia langsung bangun dan turun dari kasur lalu bersidekap di depan Hana, “Sayang, maafin aku. Maafin aku udah bohongin kamu, maafin aku udah jalan sama perempuan lain di belakang kamu, maafin aku udah nyakitin kamu.” Ujarnya sambil menundukan pandangannya.

Ia takut menatap Hana.

Hana menghembuskan nafasnya melihatnya.

“Iya aku maafin. Tapi kamu harus ceritain semuanya ke aku tanpa dikurangi atau dilebihi.” Kata Hana.

Arkasa langsung memeluk Hana dan meletakkan dagunya di atas kepala Hana, “MAKASIH SAYANG, MAKASIH UDAH MAAFIN AKU.”

Hana membalas pelukannya sambil mengangguk.

“Kenapa kamu segampang itu buat maafin aku? Kenapa kamu gak pukul aku? Kenapa kamu gak bentak aku sih?” Tanya Arkasa dengan suara yang lirih.

Hana mengelus punggung Arkasa untuk menenangkan kekasihnya itu.

“Udah tenang?” Tanya gadis ini.

Arkasa mengangguk.

“Duduk dulu yuk.”

Arkasa melepas pelukannya dan duduk di samping Hana.

“Awalnya aku kaget tiba-tiba Winda ngechat aku lagi. Kamu tau kan kalo abis putus dia ngeblokir semua sosmed aku?” Hana mengangguk.

“Aku juga gak langsung bales chatnya, karena aku pikir mungkin dia emang cuma mau minta maaf aja.”

“Tapi ternyata dia mau meluruskan semuanya. Dia mau jelasin apa alasannya dia mutusin aku, apa alasannya dia selalu berusaha bikin aku muak sama dia, dan dia juga mau jelasin kenapa dia selingkuh.”

Hana tau semua cerita tentang Arkasa dan Winda.

Tapi ia tidak tau kalau Winda selingkuh.

Makanya gadis ini sedikit terkejut mendengarnya.

“Maaf Hana, aku gak bermaksud buat bohongin kamu. Tapi jujur, aku emang masih penasaran sama itu semua. Rasanya kayak ada yang janggal. Aku gak bermaksud jadiin kamu pelampiasan atau apa, aku cuma penasaran aja.”

“Kamu gak harus percaya kata-kata aku, tapi kamu harus tau kalo aku sayang sama kamu. Gak pernah berkurang, bahkan selalu bertambah setiap harinya.”

Hana mengangguk dan mengelus kepala Arkasa, “Aku tau kalo itu, hehe.” Ujarnya, “Aku mau tau apa jawaban Winda.”

Arkasa menghembuskan nafasnya lalu melanjutkan kembali ceritanya.

“Dia cuma jadiin aku pelampiasannya, because she's love the other boy.”

“Who's that?”

“Septian.”

Pemuda ini langsung memeluk Hana sambil mengecup pucuk kepalanya, “I'm sorry. Aku cuma sayang sama kamu. Gak ada yang lain lagi.”

“I love you too, Asa. Maaf udah salah paham.” Kata Hana sambil menyenderkan kepalanya di dada Arkasa.

Nyaman.

“Kira-kira Riri sama Elang lagi ngapain ya?”

“SMP mungkin,”

“Apa itu?”

“Simulasi Malam Pertama.”

Hana tertawa, “Hahahahahaha. Ada ada aja kamu, Sa.”

“Ayo kamu tidur, besok kita jalan jalan.” Kata Arkasa, melepas pelukannya.

“Iyaa, tapi kamu tidur disini juga ya.” Pinta Hana.

Arkasa mengangguk, “Iya sayang.”

His hands is on her.

He moves his finger and make his girl moaning while calling him 'daddy'.

He really love her moan.

Ia mempercepat permainannya disana dan membuat Riri mencapai klimaks yang pertamanya.

“Can we speed this up? It's 11.00 o'clock, AND I DON'T WANT TO STAY UP LATE!!” Seru Riri ketika melihat jam dinding.

“Hahahaha, Okay I'm coming my wife.” Ia mengecup dahi Riri yang tengah memejamkan matanya itu.

He started to put His inside Her. Dan dia langsung memaju-mundurkan pinggulnya sambil melumat bibir Riri dengan rakus.

Gadis ini membalas lumatan Elang sambil sesekali menjambak rambutnya untuk menyalurkan kenikmatan yang ia rasakan saat ini.

Elang is playing sooooo crazy.

And Riri want to playing too.

Gadis ini menepuk kepala Elang agar pemuda itu bertukar posisi dengannya.

Mengerti dengan kode yang Riri berikan, Elang pun langsung merebahkan dirinya and let she on he.

“Kiss me and i will make you moan while calling my name, daddy.”

AND ELANG SMASH HIS LIPS ON HER LIPS dengan brutal.

Bahkan ia sampai menggigit bibir gadisnya itu agar ia diberi akses untuk masuk ke dalam mulutnya.

AC kamar sekarang ini sudah tidak ada gunanya lagi BECAUSE THEY IS ON FIRE!!!.

Kemudian Elang melepaskan pagutan mereka and let his girl fucking he crazy.

Riri moves her body up and down with a good tempo— SHE'S SOO CRAZY RIGHT NOW!!!. Elang sampai gila sendiri dibuatnya.

RIRI IS SOO GOOD AT THISS!!!

Elang yang tak mau kalah ini langsung memutar posisi mereka lagi dan mempercepat tempo permainannya.

Riri sampai kewalahan sendiri ketika sibuk memberikan kissmark di leher Elang.

Kemudian dengan cepat Elang me-maju-mundurkan pinggulnya lagi and touching Riri's breast with his hands.

“Let finish this, i'm so sleepy.” Kata Riri ketika Elang memberinya jeda untuk bicara.

“Okay, princess.”

Pemuda ini semakin mempercepat tempo permainan dan akhirnya mereka pun sudah mencapai klimaks masing-masing.

Lalu Elang pun langsung merebahkan dirinya di samping Riri yang kini sudah bermandikan keringat sama seperti dirinya.

“Jangan langsung tidur, mandi dulu.” Kata pemuda ini sambil merapikan rambut panjang Riri yang menutupi wajah cantiknya itu.

“Aku gak mau pakai air dingin, Kak.” Rengek gadis ini.

Elang terkekeh, “Iyaa kalo gak ada air panasnya, nanti aku yang rebusin airnya.”

Riri langsung tersenyum cerah, “YEAYY!!! THANK YOU, KAKK!!!” Ia mengecup pipi kanan Elang.

“My pleasure, cantik.”

Arkasa memang patut diacungi jempol soal urusan akomodasi. Semua fasilitas yang mereka rasakan saat ini sudah di atur sebaik mungkin olehnya.

“BAGUS BANGETT!!!” Kata Riri ketika ia dan Elang baru saja sampai di hotel bintang lima ini.

“Jangan lari-lari nanti jatuh.” Ujar Elang, mengingatkan tunangannya itu sambil membawa dua koper kecil (miliknya dan Riri).

“Hehe gomen, kak.” Sahut gadis ini, mengambil alih koper miliknya dari tangan Elang.

Kemudian ada beberapa petugas hotel yang menghampiri mereka untuk membantu membawa barang-barang mereka ke kamar.

“Makasih, Mas.” Ujar Elang kepada petugas tadi ketika mereka berdua sudah sampai di depan kamar nomor 787.

Ketika pintu kamar dibuka, Riri langsung melepas sepatunya dan membuka gorden untuk melihat pemandangan di luar.

Ini adalah salah satu kebiasaan Riri ketika menginap di hotel.

Saking bagusnya pemandangan ini, Riri sampai lupa untuk membereskan barang-barangnya karena terlalu asik memotret pemandangan ini dari jendela.

Elang tidak ingin Riri yang sedang asik sendiri. Dengan sigap ia langsung membereskan dan menata semua barang bawaan mereka sebagaimana mestinya.

Melihat itu, Riri langsung tersenyum senang dan menghampiri pemuda itu. Kemudian ia langsung memeluknya dari belakang lalu mengecup pipi nya, “Makasih Kak, hehe. I love you.”

Elang yang sedang memegang laptop ini langsung meletakkannya di atas kasur dan berbalik badan untuk membalas pelukan Riri, “I love you too, Riri.” Ia mengecup bibir Riri.

“MY GOD!!!!” Seru Riri sambil membalakan matanya terkejut.

Elang terkekeh dan kembali membenamkan wajahnya di leher Riri.

Gadis ini pun juga melakukan hal yang sama.


“Jam berapa sekarang?” Tanya Elang sambil mengelus punggung Riri.

Riri melirik ke jam tangannya, “Jam setengah sebelas.”

Elang pun melepaskan pelukannya.

“KOK DILEPAS—HMPHHHH” Elang membungkam perkataan Riri dengan bibirnya.

Riri pun langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Elang sambil membalas ciuman Elang.

Perlahan, Elang memindahkan tubuh Riri ke atas kasur tanpa melepas pagutan mereka.

Riri yang kehabisan oksigen ini langsung menepuk nepuk bahu Elang agar pemuda itu melepaskan pagutan mereka.

“Bentar Kak, aku mau nyalain tvnya dulu.” Kata Riri sambil mengambil remote tv yang ada di nakas.

Ternyata ada netflix nya hehehe.

Netflix and Chill? Sounds good.” Kata Elang.

Riri terkekeh, “Kak Asa terdebes pokoknya.”

“Oh iya Kak,” Panggil Riri.

“Yes princess?” Sahut Elang.

“Cuma mau kasih tau kalo lusa aku ada tamu bulanan, hehe.”

Tanpa banyak bicara Elang langsung mencium bibir Riri sambil menggigitnya agar gadis itu membalas ciumannya ini.

Mengerti akan hal itu, Riri langsung membalasnya sambil sesekali mengelus tengkuk pemuda tampan ini.

Dan itu adalah salah satu cara yang dipakai Riri agar pemuda itu langsung menuju ke step berikutnya.

Elang bergerak turun ke leher mulus Riri lalu mengecupnya dan memberikan kissmark disana.

“Ngghh....” Lenguhan keluar begitu saja dari mulut Riri.

Nafsu pemuda ini langsung memuncak begitu mendengarnya. Dengan perlahan, he started to kiss and touching all of her body, from her head to her legs.

Riri love this part.

She always liked the way her fiance touching her.

After Elang finished that, Riri immediately kissing him while helping him take off all his clothes, begitu juga dengan Elang yang juga membantu gadis itu untuk melepaskan semua pakaiannya.

And now Elang and Riri is full naked.

Riri mematikan lampu kemudian berlutut di depan Elang.

“If you don't want to do it, that's okay.” Kata Elang

“NOOO!!” Omel Riri, “I'm ready to do this.”

Elang terkekeh dan meraih kepala gadis itu, “Alright. Show me what you wanna do.”

And for the first time, Riri do that.

Elang sampai bergelinjang karenanya.

He really love this!!!

He will try again next time with Riri.

“Don't you dare to swallow it!!!” Kata Elang ketika ia hampir mencapai klimaksnya.

“Yes, sir.” Riri pun menuruti ucapannya dan mengambil tissue yang ada di belakangnya.

Kemudian gadis ini berdiri dari tempatnya dan langsung dibanting oleh Elang ke tempat tidur, “And now it's my turn.” Elang kembali menciumi bibir dan juga leher Riri. 

“Make me happy, daddy.” Ujar Riri sambil membalas ciuman Elang.

“Your wish is my command, my baby girl.” Sahut Elang.