Yang Sebenarnya
Untung saja semua orang sudah tidur di kamar masing-masing. Karena sekarang sudah jam satu malam.
Makanya Hana, Martin, beserta sang Kakak bisa membawa Arkasa ke kamar Hana tanpa menimbulkan keramaian.
Hana disuruh menunggu di luar kamarnya ketika Martin hendak mengganti baju Arkasa. Sedangkan Kakak Hana sudah masuk ke kamarnya sendiri.
Isi kepala Hana bercampur aduk saat ini.
Sebenarnya ia masih kesal karena Arkasa sudah tega membohonginya, tetapi satu sisi ia juga tidak bisa melihat Arkasa dihajar abis-abisan oleh kakaknya seperti tadi.
Pintu kamarnya pun dibuka.
“Masuk aja sini,” Kata Martin mempersilahkan Hana untuk masuk.
Kemudian gadis mungil ini mengangguk dan mengikuti sepupunya itu.
Hana sangat sedih melihat kondisi Arkasa saat ini.
Tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah resiko yang harus ditanggung oleh kekasihnya itu.
Dengan cekatan, Hana mulai membersihkan dan mengobati semua luka luar yang ada. Untung saja Arkasa ini masih sadar, jadi Hana gak tambah khawatir.
“Kok lu bisa bisanya masih sadar abis dipukulin begitu dah.” Celetuk Martin sambil memakan keripik kentangnya di kursi belajar Hana, “Gua kalo jadi lu udah pingsan kali ya.”
Arkasa terkekeh sambil meringis, “Makanya olahraga.”
“Olahraga yang mana nih?” Martin menaik-turunkan alisnya.
“Menurut lu aja yang mana.” Jawab Arkasa sekenanya.
“Otak lo kotor banget.” Omel Hana kepada Martin, “Abis makan apa sih lo?”
“Dih galak banget.” Sahut Martin.
Kemudian suasana pun hening.
“Gua balik ke kamar ya. Ngantuk banget.” Kata Martin, berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar Hana.
“Iya, tin. Thanks ya.” Kata Arkasa.
Setelah suara pintu ditutup terdengar ditelinga mereka berdua, barulah Arkasa berani memohon maaf kepada Hana.
Ia langsung bangun dan turun dari kasur lalu bersidekap di depan Hana, “Sayang, maafin aku. Maafin aku udah bohongin kamu, maafin aku udah jalan sama perempuan lain di belakang kamu, maafin aku udah nyakitin kamu.” Ujarnya sambil menundukan pandangannya.
Ia takut menatap Hana.
Hana menghembuskan nafasnya melihatnya.
“Iya aku maafin. Tapi kamu harus ceritain semuanya ke aku tanpa dikurangi atau dilebihi.” Kata Hana.
Arkasa langsung memeluk Hana dan meletakkan dagunya di atas kepala Hana, “MAKASIH SAYANG, MAKASIH UDAH MAAFIN AKU.”
Hana membalas pelukannya sambil mengangguk.
“Kenapa kamu segampang itu buat maafin aku? Kenapa kamu gak pukul aku? Kenapa kamu gak bentak aku sih?” Tanya Arkasa dengan suara yang lirih.
Hana mengelus punggung Arkasa untuk menenangkan kekasihnya itu.
“Udah tenang?” Tanya gadis ini.
Arkasa mengangguk.
“Duduk dulu yuk.”
Arkasa melepas pelukannya dan duduk di samping Hana.
“Awalnya aku kaget tiba-tiba Winda ngechat aku lagi. Kamu tau kan kalo abis putus dia ngeblokir semua sosmed aku?” Hana mengangguk.
“Aku juga gak langsung bales chatnya, karena aku pikir mungkin dia emang cuma mau minta maaf aja.”
“Tapi ternyata dia mau meluruskan semuanya. Dia mau jelasin apa alasannya dia mutusin aku, apa alasannya dia selalu berusaha bikin aku muak sama dia, dan dia juga mau jelasin kenapa dia selingkuh.”
Hana tau semua cerita tentang Arkasa dan Winda.
Tapi ia tidak tau kalau Winda selingkuh.
Makanya gadis ini sedikit terkejut mendengarnya.
“Maaf Hana, aku gak bermaksud buat bohongin kamu. Tapi jujur, aku emang masih penasaran sama itu semua. Rasanya kayak ada yang janggal. Aku gak bermaksud jadiin kamu pelampiasan atau apa, aku cuma penasaran aja.”
“Kamu gak harus percaya kata-kata aku, tapi kamu harus tau kalo aku sayang sama kamu. Gak pernah berkurang, bahkan selalu bertambah setiap harinya.”
Hana mengangguk dan mengelus kepala Arkasa, “Aku tau kalo itu, hehe.” Ujarnya, “Aku mau tau apa jawaban Winda.”
Arkasa menghembuskan nafasnya lalu melanjutkan kembali ceritanya.
“Dia cuma jadiin aku pelampiasannya, because she's love the other boy.”
“Who's that?”
“Septian.”
Pemuda ini langsung memeluk Hana sambil mengecup pucuk kepalanya, “I'm sorry. Aku cuma sayang sama kamu. Gak ada yang lain lagi.”
“I love you too, Asa. Maaf udah salah paham.” Kata Hana sambil menyenderkan kepalanya di dada Arkasa.
Nyaman.
“Kira-kira Riri sama Elang lagi ngapain ya?”
“SMP mungkin,”
“Apa itu?”
“Simulasi Malam Pertama.”
Hana tertawa, “Hahahahahaha. Ada ada aja kamu, Sa.”
“Ayo kamu tidur, besok kita jalan jalan.” Kata Arkasa, melepas pelukannya.
“Iyaa, tapi kamu tidur disini juga ya.” Pinta Hana.
Arkasa mengangguk, “Iya sayang.”