Terlalu Cepat Jatuhkan Hati
Raka langsung menutup aplikasi burung biru tersebut dan mematikan handphonenya lalu memasukannya ke dalam saku celana jeans hitamnya.
“Ghe.” Panggilnya.
Gadis jangkung yang duduk di hadapannya itu menyahut, “Kenapa?”
“Pulang yuk, udah jam sepuluh.” Kata Raka.
Aneh.
Biasanya, Raka tidak pernah mengajaknya pulang duluan. Malah terkadang Raka sampai dimarahi oleh Kakaknya karena mengantarnya pulang terlalu malam.
Selama itu mereka menghabiskan waktu berduaan selama kurang lebih lima tahun lamanya.
Iya.
Mereka itu memang sudah lama dekat, tapi mereka berdua sepakat untuk tidak menceritakan hal ini kepada teman-teman mereka.
Ghea mengaduk minumannya yang tinggal sedikit itu sambil menaikan alisnya sebelah, “Tumben? Ada urusan lain ya?”
Raka mengangguk, “Iyaa ada. Ini baru diingetin sama Javin di grup.”
Ghea ingin bertanya lebih sebenarnya, tetapi memangnya ia siapa? Ia tidak punya hak untuk itu. Jadi dengan terpaksa gadis ini meng-iyakan ajakan Raka tersebut.
“Yaudah yuk, pulang.”
Biasanya selama perjalanan pulang, mereka akan membicarakan banyak hal. Bahkan ketika sudah sampai di depan rumah Ghea, mereka berdua pun masih lanjut mengobrol sampai Ghea mengantuk.
Tetapi untuk sekarang keadaan di dalam mobil ini sangat sunyi.
Hanya terdengar lagu yang terputar di radio.
Sebenarnya ada apa dengan Raka?
Kenapa pemuda itu begitu misterius?
Kenapa masih ada hal yang ia sembunyikan?
Bukannya kita udah deket ya?
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada di dalam pikiran Ghea.
Tak terasa sudah lima belas menit berlalu.
Mereka sudah sampai di depan rumah (kakak) Ghea yang sangat besar ini.
“Sorry and thanks for everything di lima bulan ini, Ghea. Sorry udah jadiin lu pelampiasan gua dan makasih udah mau nemenin gua lima bulan ini.” Kata Raka dengan gamblang.
Ghea langsung menangis saat itu juga.
Hatinya terasa sakit mendengar perkataan dari pemuda itu.
Ternyata selama ini ia hanya dijadikan pelampiasan olehnya.
Ternyata semua perhatian yang ia berikan kepadanya hanyalah bohong.
Dan ternyata pernyataan hatinya kemarin hanyalah omong kosong belaka.
Ia tak menyangka kalau Raka yang selama ini menjadi pujaan hatinya itu telah memainkan perasaannya.
Atau ini memang salahnya yang terlalu cepat jatuhkan hati?
“Maaf Ghea. Gua gak sebaik yang lu pikirin selama ini, tapi gua juga gak sejahat kayak yang lu kira. Gua minta maaf sekali lagi.”
“Maaf kita gak bisa lanjut. Karena cewek baik-baik kayak lu cuma pantas untuk laki-laki lain yang lebih baik dari gua.”
Ghea langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumahnya.
Ia tak sanggup lagi mendengarnya.
Ia sangat sakit hati dengan ini semua.