(Hehe) Lampung

Seperti yang sudah dijanjikan, malam ini Elang, Riana, dan Arkasa akan terbang ke Lampung menyusul Hana.

Elang dan Arkasa sudah mewanti-wanti Riana untuk tidak bilang ke Hana kalau mereka akan menyusulnya.

Karena Riri alias Riana ini selalu bercerita apapun kepada Hana, makanya mereka berdua takut kalau nanti surprisenya Arkasa bakal gagal.

“Hape kamu aku pegang aja deh sini. Aku takut kamu ngechat Hana.” Kata Elang.

Riana menggeleng sambil menyembunyikan handphonenya di dalam saku celananya, “Kenapa sih gak percaya banget sama aku.” Katanya, “Aku kan udah janji tadi.”

“Ya kamu kan anak nya iseng makanya aku parno.” Sahut Elang.

Arkasa hanya geleng-geleng kepala melihat pasangan itu ribut berdua.

Pemuda ini kemudian memikirkan cara untuk menjelaskan yang sebenarnya kepada Hana. Ia sangat takut Hana akan meninggalkannya karena masalah ini.

Ia tidak mau kehilangan Hana.

Arkasa is really really really love's Hana.

Ia akui bahwa ia sangat salah sudah membohongi Hana.

Ia hanya tidak ingin menyakiti Hana-nya.

Sudah lima belas menit perjalanan berlalu, akhirnya Arkasa pun memutuskan untuk tidur.

Riana dan Elang kemudian menoleh ke kursi belakang untuk melihat keadaan Arkasa yang ternyata sudah tidur. Pantas saja daritadi pemuda itu tidak menyahut ketika ditanyai oleh Elang.

“Kak,” Panggil Riana.

“Apa?” Sahut Elang.

Riana mendekatkan dirinya kemudian membisikinya, “Aku kangen deh.”

Elang menaikan alisnya sebelah, “Kangen siapa?”

“Gak peka banget deh, males.” Omel Riri sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Kangen apa sih maksud—OHHHHHHHHH

Elang baru connect dengan apa yang dimaksud tunangannya itu.

“Oh aku kira kamu kangen siapa gitu.” Ujar pemuda ini sambil bisik-bisik,  “Kalo itu mah aku juga kangen hehe.”

Riri menolehkan kepalanya, “Hehe.”


Setelah take off Arkasa langsung dijemput oleh sepupu Hana dan menuju ke rumahnya (karena Hana menginap disana).

Sedangkan Riri dan Elang pergi ke hotel.

Arkasa dan Hana ini sudah dekat dengan keluarga besar dari kedua belah pihak (Arkasa dekat dengan keluarga besar Hana dan Hana dekat dengan keluarga besar Arkasa), jadi pemuda ini tidak kesusahan saat mencari tau keberadaan gadisnya itu.

“Bucin juga ya lu sampe rela jauh-jauh kesini cuma buat nyamperin Hana.” Ujar pemuda yang duduk di kursi kemudi ini.

“Lu juga bucin ya, Martin klakson.” Sahut Arkasa, mencibirnya.

“Lu lebih bucin Arkobot.” Balas pemuda bernama Martin ini.

Lalu pembicaraan mereka berlanjut sampai Arkasa bercerita apa tujuannya kesini dan apa yang terjadi antara dirinya dengan Winda.

“Wajar sih Hana marah sama lu,” Kata Martin. “Lu kalo jadi dia juga pasti bakal kayak dia juga kan? Marah gitu maksudnya.”

Arkasa mengangguk.

Benar juga apa yang dibilang Martin.

“Kenapa gak dari dulu dah lu kelarin semuanya? Kenapa baru sekarang pas lu udah ada Hana?” Tanya Martin.

“Abis putus tuh semua sosmed gua di blokir sama dia, ketemu juga jarang banget. Menghindar banget lah pokoknya. Padahal dengan dia kayak gitu kan malah nambahin masalah, bukannya menyelesaikan.” Jelas Arkasa.

Martin mengangguk, “Oh gitu.” Ujarnya mengerti, “Kayaknya hampir semua cewek begitu dah abis putus. Ngeblokir semua sosmed mantan, ngapusin foto, apa lagi ya? Pokoknya something like that lah.”

“Bener kata lu sih gua setuju.” Lanjut Martin, “Yang kayak gitu mah sama aja kayak lari dari masalah.”

“Iya bener.” Kata Arkasa setuju.

Tak terasa sudah satu jam berlalu, akhirnya mereka berdua pun sampai di rumah milik Martin.

Beberapa orang yang ada disini menyambut Arkasa dengan hangat tapi tidak dengan Kakak kandung Hana.