FISIP Cafetaria
juan, ben, oji, dan elang sedang menikmati hokben masing masing sambil sesekali mencari keberadaan vino.
“lu udah ngasih tau belom kalo nama lu oji ke dia?” tanya juan.
oji langsung menggeleng, “belom.”
“ah tolol gimana dia mau tau elu bego.” sungut ben sambil mengunyah eggroll nya.
elang hanya diam tak ingin ikut-ikutan untuk mencaci oji. walaupun dalam hatinya ia ingin menoyor pemuda itu.
sekarang oji sudah selesai makan dan hendak membuang bungkus hokben ke tempat sampah yang ada di belakangnya.
tetapi kemudian ia mendengar ada seseorang yang memanggil vino dari meja paling belakang.
“VINOOOOOO!!”
sontak mereka berempat langsung menoleh ke arah pintu masuk kantin.
'oh ternyata yang itu orangnya.' batin juan, ben, dan elang.
“hajar aja ji, gua ama yang lain nontonin aja gapapa kan?” tanya juan sambil memutar bangkunya agar menghadap pintu masuk kantin. lalu ben yang duduk di sebelahnya pun juga ikut memutar bangkunya.
sedangkan elang yang duduk di samping oji tak perlu repot repot memutar bangkunya, karena ia tidak membelakangi pintu masuk kantin.
oji mengangguk dan langsung menghampiri vino.
“lu siapa?” tanya vino ketika oji sudah ada di hadapannya.
“dateng juga lu, gua kira takut.” kata oji sambil menatap remeh pemuda itu.
merasa dirinya di remehkan, vino langsung menarik kerah oji dan hendak meninju wajahnya. dan dengan cepat oji langsung menahan tangannya dan berkata, “oh ini tangan yang sering buat mukulin cewek...” sindirnya.
“MAKSUD LU APA BANGSAT?!” bentak vino sambil mencoba melepaskan tangan kanannya yang masih dipegang oleh oji.
keadaan kantin yang tadinya sepi langsung menjadi ramai seketika. banyak orang yang langsung menghampiri mereka berdua untuk melerai, tetapi ben dengan tatapan tajamnya langsung menyuruh mereka untuk diam tak ikut campur.
sedangkan juan dan elang asik makan sambil menonton oji vs vino.
oji langsung berdecih, “kok lu malah nanya sih maksud gua apaan? emang perlu gua jelasin lagi?” ujarnya sambil melepaskan tangan vino yang ia pegang daritadi.
vino langsung memegang tangan kanannya yang rasanya hampir remuk itu sambil menatap oji dengan marah. ia merasa harga dirinya sudah diinjak injak oleh orang asing yang ada di hadapannya ini.
masih dengan senyumannya, oji langsung memukul pelan kedua pipinya seolah mempersilahkan vino untuk memukulnya, “sini dong tonjok. rasanya ditonjok sama BANCI.” kata pemuda ini sambil menekankan kata 'banci'.
tanpa banyak bicara, vino langsung mendorong badan oji sampai dirinya terjatuh dan mulai memukuli pemuda itu secara brutal.
“LU KALO GAK TAU APA APA GAK USAH SOK TAU ANJING!!” kata vino sambil terus memukuli oji tanpa ampun.
oji hanya diam tak melawan.
ia hanya menunggu waktu yang pas untuk membalas pemuda itu.
semua cacian dan makian dari pemuda itu ia nikmati. karena untuknya itu adalah hiburan tersendiri. makanya ia sampai tertawa sendiri mendengarnya.
dan saat itu juga oji langsung menendang pemuda itu sampai punggung vino menabrak tembok dan menimbulkan suara benturan yang sangat kencang.
maklum, oji ini anak taekwondo.
“semua pukulan lu gak ada apa apanya di gua,” kata oji sambil berjongkok di depan pemuda itu.
kemudian tanpa basa basi oji langsung menonjok wajah pemuda itu dengan sepenuh tenaga. ia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi kali ini, karena ia ingat dengan keadaan giselle saat itu.
“ini buat lu yang udah mukulin giselle,”
BUGH!
“ini buat lu yang udah bentak-bentak giselle,”
BUGH!
“ini buat lu yang beraninya main tangan sama cewek,”
BUGH!
awalnya oji hanya ingin memberinya pelajaran dengan tiga bogeman itu, tetapi karena dirinya sekarang sudah seperti kesetanan, ia malah memukuli vino secara membabi buta.
elang, juan, dan ben yang melihat temannya kesetanan akhirnya mau tak mau harus turun tangan untuk memisahkan mereka berdua.
dengan santai, ben langsung menendang bahu oji sampai dirinya terjatuh. juan langsung menyuruh beberapa orang untuk membawa vino ke ruang kesehatan. sedangkan elang langsung membantu ben membopong oji menuju rumah sakit.