Demi Hana-nya Aku
Arkasa langsung mengikuti kemana calon kakak iparnya ini membawanya.
Sudah dipastikan ia akan di hajar abis-abisan olehnya karena sudah menyakiti hati adiknya.
Sebagai laki-laki dan orang yang bertanggung jawab, Arkasa sudah terima dengan lapang dada apapun konsekuensinya.
Menurutnya ini adalah jalan yang terbaik agar ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.
Tetapi jika jalan terbaiknya adalah meninggalkan Hana, maka akan ia rusak jalannya. Alias ia sangat amat tidak ingin berpisah dengan Hana.
Ternyata ia dibawa ke halaman belakang rumah yang dimana tempat itu sedikit jauh dari rumah utama. Dan perkiraannya benar.
Ia ingin diberi hukuman oleh Kakak kandung Hana.
“Lu udah tau kan gua mau ngapain?” Ujarnya.
Arkasa mengangguk, “Iya kak.”
Dan untuk pertama kalinya, Arkasa merasakan pukulan yang menyakitkan dari Kakak laki-laki Hana.
Ini adalah pertama kalinya Arkasa merasakan kemarahan darinya.
Karena selama setahun berpacaran dengan Hana, Arkasa ini memang jarang—malah hampir tidak pernah berbuat kesalahan kepada Hana.
Paling hanya lupa memberi kabar atau suka tiba-tiba mengajak pergi.
Dan semua kejadian ini disaksikan langsung oleh Hana dari dalam kamarnya.
Ia sangat tidak tega melihat kekasihnya dipukuli seperti itu oleh kakaknya, tetapi satu sisi ia juga merasa puas karena perasaan marahnya terbayarkan.
“Susulin aja sana kalo udah gak kuat liatnya.” Kata Martin yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamar Hana, “Gua tau banget lu tuh paling gak bisa liat orang lain kenapa-napa.”
Hana menggeleng, “Gue gak akan nyusul kalo kemarahan gue masih belum terbalaskan.”
Martin menghembuskan nafasnya, “Yaudah terserah lu.” Ujarnya, “Tapi kalo besok-besok lu gak bisa ketemu Arkasa lagi jangan salahin diri lu sendiri.”
“Maksudnya?” Tanya Hana kebingungan.
Pemuda ini langsung mendekati Hana yang ada di balkon dan menunjuk Arkasa di ujung sana, “Perhatiin baik-baik.” Hana pun memperhatikannya.
Tidak ada yang aneh sampai akhirnya ia bisa melihat dengan jelas kalau wajah Arkasa sudah dipenuhi oleh darah.
Tampaknya juga pemuda itu sudah tidak kuat lagi menahan semua pukulan dari kakaknya.
Dengan secepat mungkin, gadis mungil ini langsung berlari menuju halaman sampai mengabaikan panggilan dari orang-orang yang ada disitu.
Bahkan saat dirinya menuruni tangga ia hampir terjatuh kalau saja tidak ada Martin yang menahan tubuhnya.
Air mata Hana menetes begitu saja ketika melihat kakaknya semakin membabi buta memukuli kekasihnya itu di depan matanya sendiri.
Gadis bernama lengkap Hana Feliysia ini langsung memeluk tubuh sang kakak dari belakang dengan erat, “Kak udah....” Ujarnya sambil menangis tersedu-sedu di punggung sang kakak.
Laki-laki yang lebih tua dari Hana ini langsung melunak begitu mendengar suara tangisan Hana.
“Aku tau Arkasa salah,” Hana tambah mengeratkan pelukannya di punggung sang kakak. “aku juga tau kakak gak mau ada orang lain yang nyakitin aku.” Ujarnya.
“Tapi dengan kakak yang kayak gini, itu juga nyakitin aku.”
Sang kakak pun langsung melepaskan tangan Hana dari pinggangnya lalu memutar badannya menghadap Hana, “Maafin kakak,” Katanya sambil memeluk Hana. “Maafin kakak udah nyakitin kamu, maafin kakak karena udah keterlaluan. Maafin kakak...”
Hana mengangguk dan kembali menangis sambil membalas pelukan sang kakak.
Arkasa yang tengah terkapar ini kemudian mencoba untuk berdiri walau tertatih.
“Hana,” Panggilnya dengan suara yang pelan.
Sepasang kakak beradik ini langsung melepas pelukan mereka dan menoleh ke arahnya.
“AS—” Perkataan Hana terpotong begitu saja.
“Aku mau terima semua konsekuensi ini demi kamu, Na.” Ujar Arkasa.
Hana langsung membantu kekasihnya ini berdiri, “Aku ngelakuin ini semua demi Hana nya aku.” Ujar pemuda ini sekali lagi.
“Iya iya aku ngerti. Sekarang aku obatin dulu ya.” Kata Hana sambil mengelap air matanya.
Arkasa tersenyum dan mengangguk, “Thanks my love.”