Beruntung
Sepulangnya dari rumah Bianka, Sadan langsung melajukan mobilnya menuju rumah Ica. Untungnya jalanan saat ini lumayan sepi. Jadi tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah gadis chubby itu.
“Bisa bisanya lo lupa sekarang tanggal berapa.” Omel Ica ketika memasuki mobil Sadan.
“Pusing gua. Banyak pikiran.” Sahut si pemuda sambil melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Ica.
Tak banyak yang tau apa yang terjadi dan hal apa yang disembunyikan oleh kedua orang ini. Bahkan teman dekat mereka sendiri.
Mereka berdua juga sepakat jika di sekolah mereka tidak akan berinteraksi (jika tidak penting) agar menghindari gosip dari para siswa siswi Marizoa High School.
“Biasanya kalo ada dia pasti berisik banget nih.” Kata Ica sambil memegang sebuah foto yang tergantung di spion dalam mobil Sadan.
Pemuda ini mengangguk setuju, “Iya. Pasti gua lagi diomel omelin gara-gara gak bales chatnya.”
“Kangen deh hangout bertiga—berdua maksudnya.” Sadan menaikan alisnya sebelah, “Kok berdua doang? Gua gak dianggep?” Ica mendengus, “Ya soalnya gue males sama lo. Ngintilin dia terus kemana-mana. Kan gue jadi jarang hangout berdua sama dia.”
Sadan terkekeh.
Memang benar.
Ia selalu ada disisinya kapanpun itu.
Alasannya sepele,
ia ingin selalu bersamanya.
“Namanya orang jatuh cinta mau gimana lagi Ca.” Kata Sadan.
Raisa Kaluna — alias Ica — lalu mengambil salah satu foto yang tergantung di spion tengah dan mengelusnya.
Selalu cantik.
Semua yang ada di dirinya cantik.
Pantas saja seorang Ice Prince seperti Sadan bisa bertekuk lutut karenanya.
“Lo mau nyimpen foto dia sampe kapan?” Tanya Ica tanpa mengalihkan perhatiannya dari foto tadi.
“Selamanya.” Jawab Sadan.
Ica mengangguk-ngangguk paham.
Menurutnya itu adalah hal yang wajar.
Mungkin kalau ia ada di posisi Sadan saat ini, ia akan melakukan hal yang sama.
Orang itu sangat beruntung bisa membuat Sadan jatuh cinta dengannya.